
MINIARTIKEL.COM, BATU – Kopi merupakan komoditas kuliner yang pada saat ini banyak digandrungi oleh kaum muda maupun dewasa, ada banyak pilihan jenis kopi dan cara penyeduhannya, mulai dari menyeduh kopi dengan cara manual (di aduk pakai tangan).
Namun saat ini muncul beberapa teknik penyeduhan yang berbeda dan menggunakan mesin, orang-orang biasa menyebutnya dengan teknik seduh Manual Brewing, diyakini jika menyeduh kopi menggunakan teknik manual, rasa yang dihasilkan oleh kopi tersebut lebih natural dan lebih memiliki karakter sendiri disetiap bijinya.
Tepat pada hari Selasa (11/12) mulai pukul 10.00 WIB, Balai Kota Among Tani mendadak ramai dengan adanya event untuk para pecinta kopi yang bertajuk “International Coffee Festival”. Acara yang digadang-gadang bertaraf Internasional tersebut meliputi kegiatan Fun Battle Manual Brewing atau Lomba untuk menyeduh kopi dengan teknik Manual Brewing, bazar, serta pada puncak acara mengundang band papan atas yaitu D’Bagindaz.
Namun kenyataan yang ada di lapangan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh beberapa peserta dan masyarakat, yang menyewa stand guna untuk memasarkan produk-produk mereka dalam event tersebut.
Acara yang menggandeng pemerintah Kota Batu tersebut sudah terlihat beberapa kejanggalan sebulan sebelum acara tersebut dimulai. Jika dilihat dari event-event besar yang akan berlangsung, harusnya publikasi sudah berjalan 2-3 bulan sebelum acara tersebut berlangsung.
Akan tetapi, event “International Coffee Festival” ini baru melaksanakan publikasi H-1 bulan, dan publikasi yang ada juga tidak bisa tersebar ke seluruh kota yang ada di Indonesia, setelah itu ketika saya sampai di lokasi, denah yang dibuat oleh panitia dengan keadaan yang sebenernya terjadi di lokasi sangat berbeda,” kata Wahyu, salah satu peserta yang sudah booking stand untuk bazar.
Tidak berakhir begitu saja, karena peserta dan masyarakat merasa terus dibohongi oleh pihak panitia, akhirnya beberapa peserta melakukan penyelidikan ke beberapa panitia, dan hasil yang didapatkan sangat mencengangkan, di mana event tersebut tidak terdapat struktur kepanitiaan yang jelas serta tidak adanya Event Organizer (EO) yang mewadahi event yang bertajuk International tersebut.
Hingga pada puncaknya yaitu hari Kamis (13/12) masyarakat yang sudah emosi meminta ganti rugi ke panitia dan meminta refund uang yang mereka gunakan untuk menyewa stand tersebut.